NYAMAR MAKRUF NYAMBI MUNKAR
Islam adalah agama dengan sejuta rahmat kepada seluruh alam
semesta. Di dalamnya
mengajarkan kelembutan-kelembutan dan kasih sayang yang terpuji. Tidak ada
paksaan untuk memasuki agama Islam. Akan tetapi, jika sudah memasukinya maka
ranah-ranah agama harus tetap dijaga dengan baik.
Di dalam
agama Islam diajarkan tentang amar ma’ruf nahi munkar yang berhukum fardhu kifayah. Dengan artian, jika
seorang saja yang melakukannya, maka gugurlah dosa setiap orang. Namun, semua
dianggap berdosa jika tidak ada satu pun yang melakukan pekerjaan ini. Allah swt juga akan menyiksa suatu kaum, jika di suatu kaum tersebut tidak ada yang
beramar ma’ruf nahi munkar. Karna di dalamnya
pasti terjadi kerusakan.
Namun, akhir-akhir ini banyak tokoh yang mengambil
kesempatan untuk menghancurkan umat Islam dengan pekerjaan ini. Mereka
berpenampilan layaknya ulama dan ahli dalam ilmu pengetahuan. Mereka
seakan-akan membawa kebenaran dan mencegah kejahatan, tetapi hakikatnya, mereka
mengaburkan perkara yang benar dan lebih menampakkan kejahatan yang menjadikan
umat Islam bingung dalam pendapat mereka.
Hal ini tak ubahnya sifat-sifat orang munafik yang
dijelaskan oleh Allah swt
dalam kitab-Νya. Allah swt Berfirman :
وَإِذَا
قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُونَ
Artinya : “Dan
bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’.
Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan’.
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi
mereka tidak sadar.”
(QS. al-Baqarah [2]:11-12)
Di dalam ayat ini, Allah mensifati orang munafik sebagi
perusak bumi bukan karena mereka merusak tanaman atau membakar rumah-rumah,
akan tetapi mereka merusak bumi dengan cara kekufuran di hati mereka dan
kemaksiatan yang dilakukannya. Mereka tidak menyadari akan hal itu, karena
mereka (munafik) menganggap hal itu (pura-pura masuk Islam) adalah hal yang
benar. Namun kenyataannya, sifat munafik lebih parah daripada orang kafir asli.
Karena sifat munafik dapat mengelirukan orang Islam, sehingga dengan mudahnya
membawa orang Islam ke jalan yang keliru. Terlebih, jika sifat munafik melekat
di tubuh seorang tokoh Islam.
Pada zaman Rasulullah saw, orang yang sangat terkenal dengan
sifat ini adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Kata-kata yang diucapkannya
sangat indah sehingga membuat umat Islam terpecah belah. Dia yang memisahkan
sebagian prajurit dengan pasukan Rasulullah saw dalam perang Badar. Dia juga
yang telah memfitnah Siti Aisyah melakukan perzinahan. Padahal dia beberapa
kali telah mengikuti perang bersama Rasulullah saw. Dia masuk Islam hanya untuk
memecah belah umat Islam.
Sungguh ironis, jika orang yang kita pandang sebagai
panutan, ternyata membawa kemunkaran secara diam-diam dan menyamarkan kebaikan
sehingga umat Islam tidak melihat kebaikan tersebut. Bahkan mereka menganggap
hal yang disampaikannya itu benar, padahal hal itu terkadang didasari atas kepentingan-kepentingan
pribadi.
Lalu, Bagaimana kita
menanggapi nya? Sebelum mengikuti perintah atau larangan, kita harus
lebih teliti tentang perintah atau larangan tersebut. Secara tidak langsung,
jangan kita mengikuti sesuatu perintah atau larangan yang tidak didasari dalil
yang pasti walaupun itu datangnya dari seorang tokoh masyarakat. Karena bisa
jadi, hal itu hanya untuk kepentingan peribadi atau politik semata.
Ali Rahmat/Santri asal Malaysia
Tidak ada komentar