Header Ads

  • Teranyar

    NYAMAR MAKRUF NYAMBI MUNKAR


    AMAR MAKRUF NAHI MUNKAR

    Islam adalah agama dengan sejuta rahmat kepada seluruh alam semesta. Di dalamnya mengajarkan kelembutan-kelembutan dan kasih sayang yang terpuji. Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam. Akan tetapi, jika sudah memasukinya maka ranah-ranah agama harus tetap dijaga dengan baik.

    Di dalam agama Islam diajarkan tentang amar ma’ruf nahi munkar yang  berhukum fardhu kifayah. Dengan artian, jika seorang saja yang melakukannya, maka gugurlah dosa setiap orang. Namun, semua dianggap berdosa jika tidak ada satu pun yang melakukan pekerjaan ini. Allah swt juga akan menyiksa suatu kaum, jika di suatu kaum tersebut tidak ada yang beramar ma’ruf nahi munkar. Karna di dalamnya pasti terjadi kerusakan.

    Namun, akhir-akhir ini banyak tokoh yang mengambil kesempatan untuk menghancurkan umat Islam dengan pekerjaan ini. Mereka berpenampilan layaknya ulama dan ahli dalam ilmu pengetahuan. Mereka seakan-akan membawa kebenaran dan mencegah kejahatan, tetapi hakikatnya, mereka mengaburkan perkara yang benar dan lebih menampakkan kejahatan yang menjadikan umat Islam bingung dalam pendapat mereka.

    Hal ini tak ubahnya sifat-sifat orang munafik yang dijelaskan oleh Allah swt dalam kitabya. Allah swt Berfirman :

    وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَـكِن لاَّ يَشْعُرُونَ
    Artinya : “Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan’. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. al-Baqarah [2]:11-12)

    Di dalam ayat ini, Allah mensifati orang munafik sebagi perusak bumi bukan karena mereka merusak tanaman atau membakar rumah-rumah, akan tetapi mereka merusak bumi dengan cara kekufuran di hati mereka dan kemaksiatan yang dilakukannya. Mereka tidak menyadari akan hal itu, karena mereka (munafik) menganggap hal itu (pura-pura masuk Islam) adalah hal yang benar. Namun kenyataannya, sifat munafik lebih parah daripada orang kafir asli. Karena sifat munafik dapat mengelirukan orang Islam, sehingga dengan mudahnya membawa orang Islam ke jalan yang keliru. Terlebih, jika sifat munafik melekat di tubuh seorang tokoh Islam.

    Pada zaman Rasulullah saw, orang yang sangat terkenal dengan sifat ini adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Kata-kata yang diucapkannya sangat indah sehingga membuat umat Islam terpecah belah. Dia yang memisahkan sebagian prajurit dengan pasukan Rasulullah saw dalam perang Badar. Dia juga yang telah memfitnah Siti Aisyah melakukan perzinahan. Padahal dia beberapa kali telah mengikuti perang bersama Rasulullah saw. Dia masuk Islam hanya untuk memecah belah umat Islam.

    Sungguh ironis, jika orang yang kita pandang sebagai panutan, ternyata membawa kemunkaran secara diam-diam dan menyamarkan kebaikan sehingga umat Islam tidak melihat kebaikan tersebut. Bahkan mereka menganggap hal yang disampaikannya itu benar, padahal hal itu terkadang didasari atas kepentingan-kepentingan pribadi.

    Lalu, Bagaimana kita menanggapi nya? Sebelum mengikuti perintah atau larangan, kita harus lebih teliti tentang perintah atau larangan tersebut. Secara tidak langsung, jangan kita mengikuti sesuatu perintah atau larangan yang tidak didasari dalil yang pasti walaupun itu datangnya dari seorang tokoh masyarakat. Karena bisa jadi, hal itu hanya untuk kepentingan peribadi atau politik semata.
    Ali Rahmat/Santri asal Malaysia

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    ad728