Header Ads

  • Teranyar

    Liberal; Sekte Peruntuh bukan Peneguh

    LIBERAL SEKTE PERUNTUH BUKAN PENEGUH



    “Pada zaman sekarang ini kita mendapati ada orang yang meragukan keharaman khamr atau riba, atau tentang bolehnya talak dan berpoligami dengan syarat-syaratnya. Ada yang meragukan keabsahan sunah-sunah Nabi saw sebagai sumber hukum. Bahkan, ada yang mengajak kita untuk membuang seluruh ilmu-ilmu al-Quran dan seluruh ilmu pengetahuan al-Quran ke tong sampah, untuk kemudian memulai membaca al-Quran dari nol dengan bacaan kontemporer, tanpa terikat oleh suatu ikatan apapun, tidak berpegang pada ilmu pengetahuan sebelumnya. Juga tidak dengan kaidah dan aturan yang ditetapkan oleh ulama umat Islam semenjak berabad-abad silam.”
     (Dr. Yusuf al-Qardhawi)
    Jika kita cermati dengan teliti berbagai perubahan cara pandang kebanyakan orang terhadap konsep-konsep ajaran Islam, kita dapat memahami bahwa sebenarnya hal tersebut tak lepas dari adanya berbagai kelompok pemikiran yang marak di Indonesia, salah satunya adalah kelompok Islam Liberal.
    Bukan lagi menjadi rahasia umum bahwa kelompok Liberal merupakan kelompok perombak dan penghancur ajaran Islam yang telah sempurna, bukan kelompok yang dapat menjadi pencerah bagi umat manusia, bukan pula kelompok yang menuntun manusia menuju jalan yang diridhai oleh Allah swt, melainkan mereka merupakan kelompok yang menghancurkan sendi-sendi Islam, merusak tatanan ajaran Islam yang telah final sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw baik dalam akidah, syariah, politik, sosial dan lain sebagainya.
    Salah satu bukti konkritnya adalah pengkaburan konsep tauhid Islam. Dalam hal ini berbagai upaya dilakukan oleh orang-orang Liberal demi memunculkan rasa keragu-raguan dalam hati umat Islam, sebagaimana yang dilakukan oleh Nurcholis Madjid, tokoh Liberal terkemuka, dalam sebuah bukunya, Pluralitas agama; kerukunan dalam keragaman yang diterbitkan kompas, ia menyatakan bahwa para penganut kitab suci, seperti umat Yahudi dan Nasrani, juga menyembah Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana umat Islam. Jelas, pernyataan demikian telah menyalahi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan, baik dalam al-Quran, Hadits, maupun pendapat ulama.
    Selain pengkaburan konsep tauhid dalam Islam, orang-orang Liberal juga kerap kali mengeluarkan pendapat-pendapat yang bertolak belakang dengan hakikat ajaran Islam, seperti teologi inklusif-pluralis atau pluralisme agama. Salah satu contoh sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Ali, salah seorang dosen IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta memuat tulisan di harian Kompas pada (14/07/2000) yang berjudul Paradigma Baru Misi Agama-Agama. Dalam artikel tersebut ia menulis, “Dalam paradigma lama, kegiatan misi agama-agama penuh dengan prasangka teologis seperti klaim satu-satunya kebenaran (claim of the only truth) dan label kufur terhadap agama lain, ungkapan tidak ada penyelamat selain pada agamaku, dan sejenisnya. Dalam paradigma baru, sikap yang dikembangkan adalah saling menghormati (mutual respect), saling mengakui eksistensi (mutual recegnition), berfikir dan bersikap positif (positive thinking and attitude), serta pengayaan iman (enrichment of faith). Sejalan dengan paradigma baru sikap lain yang perlu dikembangkan adalah sikap relatively absolute atau absolutely relative, bahwa yang saya miliki memang benar, tetapi tetap relatif bila dikaitkan dengan yang lain.”
    Dari pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa, orang Liberal menganggap semua agama sama tanpa ada batas-batas yang membedakan antara satu agama dengan agama lainnya. Orang Liberal menyamakan Yahudi dan Nasrani dengan Islam. Hal ini juga jelas bertentangan dengan Nash al-Quran, Hadist dan pendapat para Ulama.
    Dengan demikian jelaslah, bahwa sebenarnya kelompok Liberal bukanlah suatu kelompok yang menjadi peneguh berbagai ajaran Islam, tetapi merupakan kelompok peruntuh terhadap ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah saw.
    Ahmad Rizqon/Aktivis Kajian Akidah

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    ad728